watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

ISTRI BOSKU MANTAP

Cerita ini bermula ketika aku bekerja di
Semarang, ditengah lingkungan orang-orang
Chinese yang kebanyakan perempuan. Aku
berumur 35 tahun tetapi belum menikah dan
sudah punya pacar yang jauh tempatnya. Istri
bossku itulah yang merenggut keperjakaanku.
Suaminya affair dengan seorang perempuan
marketing dari Jakarta. Memang aku kalau
melihat istri bossku, aku jadi kasihan. Walau
sudah punya 3 anak tapi kulihat akhir-akhir ini
makin tambah seksi terutama kedua buah
dadanya yang membesar. Aku tahu dia ikut
fitness rutin dan body building di salah satu
sanggar senam. Mungkin untuk mengimbangi
WIL suaminya yang memang sangat seksi dan
suaranya kalau telepon, minta ampun, merdu
sekali. Makanya bossku sampai klepek-klepek
seperti burung tak berdaya. Bossku orang
sangat kasar, selalu menang sendiri dan otoriter
pada istrinya. Tidak malu dia memarahi istrinya
di depan karyawannya. Tapi anehnya aku cukup
dipercaya. Itu dibuktikan ketika bossku suka
cerita soal keluarganya, anak-anaknya juga. Aku
yang paling dipercaya boleh masuk di rumah,
bahkan di ruang pribadinya. Wah, hebat sekali.
Kapan aku punya kamar begini, tempat tidur
yang luks dan enak sekali.
Aku bekerja di kantor, di bagian ekspor dan
komputer. Soal komputer aku paling pandai.
Komputer inilah yang membuatku lebih dekat
dan mendekati wanita yang paling cakep dan
seksi di kantorku. Terus terang aku sekarang
punya affair dengan manager keuangan, paling
cantik dia di kantorku. Seksi? Bolehlah. Tapi aku
sangat ingin menikmati seks dengan Cik Sasa.
Wuah, aku suka membayangkan menggumuli
tubuhnya yang seksi. Apalagi kalau aku melihat
dari belakang. Paling membuatku tidak tahan.
Habis, Cik Sasa punya pantat yang aduhai sangat
merangsangku. Apalagi kalau dia memakai
celana panjang. Wuah.. kejantananku ini tegang
minta ampun sampai maksimum (15 cm
dengan diameter 3.5 cm). Aku suka
membayangkan melakukan senggama
dengannya dari belakang dengan menungging.
Aku juga ingin menikmati seks dengan adik ipar
istri bossku, Cik Nina. Aku terobsesi menikmati
tubuhnya yang sangat seksi. Adik ipar bossku ini
lebih seksi segalanya dibandingkan Cik Sasa dan
Ima (manager keuangan). Kalau ke kantor.. wah
selalu berpakaian seksi dan ketat. Tubuhnya
yang memang berbodi gitar, buah dadanya
besar, ukuran 36 kali. Wah aku ngiler kalau dia
menemuiku dan bicara soal internet dan
komputer. Aroma tubuh dan polah tingkahnya
sangat menantangku. Aku juga ingin menikmati
tubuh Cik Nia. Cik Nia karyawan di bagian
pemasaran. Aku baru sampai pegang-pegangan
tangan saja dengan Cik Nia. Rambutnya sebahu,
aku paling suka dengan kedua buah dadanya
yang besar juga.
Dengan Ima, aku baru sampai pegang paha dan
cubit bagian atas buah dadanya dan dia diam
saja atau membalas manja kalau kami naik
mobil. Dengan Cik Sasa, aku baru sampai pada
tahap pegang-pegang tangan dan pinggang
ketika aku mengoreksi pakaiannya yang seksi
(padahal aku pengen memegang pinggang dan
tubuhnya) tiga minggu lalu. Cik Sasa adalah
peragawati di kantorku. Tapi bak durian runtuh,
aku malah bisa menikmati tubuh istri bossku
yang tak pernah kuduga.
Dengan kekasihku sekarang, aku belum pernah
melakukan hubungan seks. Paling bercumbu
sampai aku telanjang dan dia tinggal CD-nya
saja. Kuharap ini kekasihku yang terakhir. Terus
terang aku ingin menikahinya. Makanya aku
tahan seksku padanya sampai pernikahan nanti.
Dua bulan lalu, kira-kira jam 9 malam, aku
ditelepon istri bossku untuk menemuinya di
hotel Santika. Dari suaranya, pasti ada masalah
dengan suaminya. Hampir jam 10 malam aku
baru sampai di lobby hotel. Dari lobby, aku
kontak Cik Ling dan menyarankan aku lewat lift
dari basement dan langsung masuk ke
kamarnya. Aku turun ke bawah (basement) dan
dari sana aku dengan lift naik ke lantai 6. Aku
memencet bel kamarnya dan dibuka oleh Cik
Ling sendiri yang memakai kaos dengan bukaan
rendah dan celana pendek. Wah, aku terkesiap
melihat bukaan dadanya yang makin montok
sehingga membuatku berpikir yang bukan-
bukan dengannya. Di kantor, kalau aku
menghadapnya (Cik Ling juga direktur keuangan)
aku seolah dibiarkannya melihat belahan
dadanya. Bukannya ditutup (mestinya bisa)
dengan blasernya, tapi blaser diregakkan saja
dan dibuka lagi seolah membiarkan kedua
belahan dadanya untuk kunikmati. Belahannya
putih agak kecoklatan dengan leher panjang.
Wah.. aku menelan ludahku sendiri.
Aku dipersilahkannya masuk dan duduk.
“Dimana koh Edward(suaminya), Cik..” kataku.
“Ooo suamiku ke Jakarta,” katanya.
“Ada apa sih Cik kok malam-malam begini?”
Tanyaku.
Cik Ling mengambil dua minuman coke dan
mematikan TV kemudian duduk di kursi (dia
menariknya ke arah tempat tidur) agak
mengahadapku. Cik Ling menerahkan Coke
padaku dan aku minum hampir setengahnya.
Cik Ling mulai gelisah dan aku bertanya lagi,
“Ada apa Cik?”. Dengan menahan tangis Cik Ling
menceritakan WIL suaminya yang di Jakarta. Cik
Ling memang sudah tahu perselingkungan
suaminya itu. Tadi sebelum ke Jakarta, Cik Ling
pesan agar Ko Edward hati-hati. “Kurang apa sih
aku ini,” katanya. “Aku istri baik, memberikan
padanya tiga anak.” Cik Ling menikah sangat
muda dengan tiga anak. Anak yang bungsu
sudah kelas 1 SD. “Aku juga ikut senam dan
membuat tubuhku tambah seksi,” katanya
melanjutkan sambil menangis. “Sejak suamiku
punya WIL, aku dibiarkannya merana dua tahun
terakhir ini,” lanjutnya sambil menangis.
Aku terpaku mendengar itu semua, tidak tahu
apa yang harus kukerjakan. Apalagi ketika dia
tambah menangis keras. Kedua tangannya
menutup wajahnya yang tertunduk. Wah,
untung ruangannya kedap dan terkunci. Lalu
kutarik kursiku dan duduk lebih dekat
dengannya, di depannya.
“Cik,” kataku memecah kesunyian. “Cik Ling
sabar ya? Pasti ini akibat Puber ke dua,” kataku.
Aku memberanikan memegang pundaknya dan
kepalanya. Cik Ling terdiam mendengar
perkataanku seolah membenarkan. Ko Edward
usianya 45 tahun, Cik Ling 37 tahun usianya. Jadi
kupikir puber kedua setelah membaca buku
psikologi yang pernah kupelajari.
Cik Ling memandangiku sebentar dan kemudian
meledak tangisnya dan ya ampun, dia
merebahkan kepalanya di pahaku. Aduh, mati
aku. Aku nggak bisa menahan sesuatu yang
bergerak mengeras di balik celanaku. Kuelus lagi
kepalanya dan beberapa nasehat meluncur dari
mulutku sementara pikiranku macam-macam.
Apalagi aku bisa melihat belahan pungungnya
(karena pakai kaos rendah). “Kok nggak pakai
BH,” batinku. Kuraba kepala dan pundaknya,
kulihat tangisnya mereda walau belum selesai
benar. Karena aku tidak tahan dengan birahi di
dadaku, aku telusurkan saja tanganku ke arah
punggungnya yang terbuka bagian atas. Aku
saat itu sudah sangat sengaja melakukannya
dengan takut-takut. Oh my God, Cik Ling diam
saja ketika aku melakukannya. Kuelus leher
belakang, kepala belakangnya dan kuberanikan
mengangkat kepalanya dengan memegang
kedua pipi dan telinganya dari samping. “Cik
Ling,” kataku sambil mata kami berpandangan.
Kuambil sapu tanganku dan kuusap air mata di
wajahnya. “Bibirnya bagus sekali,” pikirku. Ini kali
pertama aku melihatnya sedekat ini, apalagi dia
adalah direktur keuanganku. Kami berpandangan
dan ya ampun, dia memejamkan matanya dan
membuka sedikit mulutnya. Aku ingat kekasihku
kalau kami mau bercumbu, dia pejamkan
matanya dan bibirnya dibuka sedikit.
Kasihan Cik Ling, aku pikir pastilah suaminya
sudah lama sekali tidak menjamahnya,
menyetubuhinya. Karena kesempatan itu datang,
kuraih saja bibir Cik Ling. Kukecup beberapa kali
sebelum akhirnya aku mengulum bibirnya dan
Cik Ling membalasnya. Oh God, aku dapat
durian runtuh malam ini. Pikiranku sudah
dipenuhi dengan birahi dan ingin menikmati
tubuh Cik Ling di Hotel Santika malam ini. Ahh,
lembut sekali bibirnya, kami menikmatinya dan
lidahnya, lidahku menari-nari. Kutelusuri
lehernya yang panjang dengan mulutku
sementara tanganku memegangi tangannya,
meremasnya. Ahh, Cik Ling kegirangan
menyambut cumbuanku. Dia pasrah. Apalagi
ketika tanganku mulai merambati pinggang dan
menggapai kedua bukitnya, kuelus dari luar
kaosnya yang tanpa BH itu. Aku menikmati
sementara mulutku menelusuri lehernya dan
turun lagi memutari dada atasnya. Cik Ling
mendesah-desah dan mendesis kegirangan. Lalu
kami berdekapan, kutuntun Cik Ling ke arah
tombol musik yang tersedia dan kuraih chanel
yang tersdia di hotel. Kami berdekapan lama
sambil berdiri mengikuti irama musik
instrument.
“Aku milikmu Jo, malam ini.” kata Cik Ling
memecah kesunyian. Aku dipanggilnya dengan
Jo, seperti yang biasa dia lakukan di kantor. Dia
berkata begitu sambil tangannya melepas
celanaku, bajuku dan semua yang melekat
padaku. Aku telanjang di depannya. Didekapnya
aku, diraba dan elusnya batang kejantananku
yang sudah mengejang keras. Jantungku serasa
lepas. Lalu kami bercumbuan lagi. Aku
membalikkan tubuhnya dan kucumbui Cik Ling
dari belakang. Mulutku menelusuri lehernya,
punggungnya, pipinya, telinganya dan
dilingkarkannya tangan Cik Ling di kepalaku,
kulumat bibirnya. Tanganku meremas kedua
bukitnya dengan lembut dan membuat
gumpalan itu makin mengeras. Cik Ling
menggeliatkan tubuhnya, melengkung ke depan.
Ahh, pemandangan yang indah kulihat. Kulepas
kaos merahnya dan betapa indahnya kulihat
buah dada Cik Ling, masih kencang dan cukup
besar, puntingnya berwarna coklat sangat
ranum dan membuatku lebih terangsang untuk
memetik kedua buah dadanya yang siap panen
dan kunikmati dengan mulutku.
Kubiarkan Cik Ling menikmati sensasi-sensasi
yang kustimulasikan pada tubuhnya. Cik Ling
membiarkan aku meremasi lembut kedua buah
dadanya. Kulihat Cik Ling memejam dan
menggeliat-geliat melengkung ke depan. Aku
ingin menelanjanginya. Kuraih celana pendeknya
dan kulorotkan ke bawah, Cik Ling melepas
sendiri. Aku sekarang melihat gundukan pink di
balik celana dalamnya. Kuraba gundukan itu dan
Cik Ling bertambah menikmati dengan desah
dan geliatnya. Kustimulasi dengan kedua
tanganku sesaat dan akhirnya tanganku
kumasukkan ke celana dalamnya, kulepaskan
dan sekarang aku benar-benar melihat Cik Ling
telanjang di dekapanku.
“Basah Cik,” kataku.
“Iya, aku sudah nggak tahan Jo. Aku sangat
menikmati cumbuanmu sampai sekarang, dan
aku ingin kau membuatku terpuaskan Jo. Ayo
lakukanlah..” Pinta Cik Ling dengan manja
padaku.
“Tapi Cik.. aku..” aku ingin katakan bahwa aku
belum pernah melakukannya pada wanita.
Gelora birahi di dadaku memuncak dan batang
kejantananku sudah tidak tertahankan lagi. Cik
Ling kupeluk erat dan membiarkan kepalanya
bersandar di dada kiriku. Ahh, manja sekali Cik
Ling ini, pikirku. Kukecup pipinya, dahinya.
Kukecup telinganya dan Cik Ling sangat
menikmati sensasi gelora seks yang kulakukan
padanya. Kubalikkan tubuhnya lagi dan Cik Ling
berhadapan denganku. Aku mencumbuinya lagi.
Dibiarkannya mulutku menelurusi leher dan
dadanya. Aku hampir tidak tahan menahan geliat
tubuhnya. Apalagi ketika aku sampai di dadanya.
Ahh, aku sangat menikmati kedua buah
dadanya. Kuputar lembut dan membuat Cik Ling
membusungkan dadanya sehingga aku semakin
leluasa. Lenguhan, desahan dan geliatnya makin
membuat birahiku meledak-ledak. Kupaguti
bergantian kedua buah dadanya. Kukulum kedua
puntingnya bergantian dan membuat tubuh Cik
Ling makin menggeliat dan akhirnya aku tidak
kuat lagi menahan tubuhnya, kubiarkan terjatuh
di tempat tidur.
Kubiarkan Cik Ling makin ke tengah tempat tidur,
aku memandangi tubuhnya yang indah. Cik Ling
membuat gerakan-gerakan yang menandakan
letupan birahinya sehingga membuatku sangat
terangsang. Apalagi ketika dibukanya kedua
kakinya dengan diangkat pahanya. Betapa
menggairahkan. Kulihat gundukan hitam di
puncak selangkangannya. Malam ini, pastilah
akan menjadi malam pertamaku menyetubuhi
wanita dan Cik Ling lah yang akan membuatku
tidak perjaka lagi. Ini tekadku malam ini. Aku
ingin memberinya kesan dan sensasi yang
mendalam tentang diriku.
Kudekati tubuh Cik Ling dari samping.
Tangannya menarikku. Kucumbui Cik Ling lagi.
Aku mencumbuinya dari atas ke bawah dengan
tubuhku merambat di atasnya. Kunikmati kedua
bukitnya dengan leluasa dan tanganku
menggapai kedua kakinya menelusuri liang
senggamanya, membuat Cik Ling menggeliat
mendesah lagi. Kutelusuri perutnya akhirnya aku
sampai di liang senggamanya. “Oh, wangi
sekali,” pikirku. Tapi belum sempat aku bertindak
lebih lanjut, diraihnya batang kejantananku dan
dikulumnya. Aku mendesis kenikmatan.
Disedotnya batang kejantananku hingga masuk
penuh di mulutnya. Ohh, ini pertama kali mulut
wanita mengulum batang kejantananku. Betapa
nikmatnya sampai aku hanya bisa berkata
“Ooohh Cik.. ahh..” dan pinggulku tergoyang-
goyang mengikuti sensasi yang Cik Ling berikan
melalui batang kejantananku.
“Oooh Cik, saya nggak kuat, mau keluar Cik,”
kataku.
Tapi tak ada sahutan. Yang ada hanya hisapan
dan kuluman yang makin membuat batang
kejantananku mengeras. Aku mencoba
menahan diri dengan menikmati liang
senggamanya dengan mulutku. Akhirnya aku
tidak tahan dan kumuntahkan sperma hangatku
penuh di dalam mulut Cik Ling. Aku terdiam..
inikah namanya orgasme? Kulihat Cik Ling sangat
menikmati dengan apa yang baru saja terjadi.
“Thanks ya Cik,” kataku. Dia hanya tersenyum
tipis dan memelukku. Kucumbui lagi Cik Ling dan
aku sangat suka menikmati kedua buah dadanya
dengan putingnya yang ranum. Hal ini membuat
Cik Ling bergelinjang kenikmatan. Kalau mulutku
memaguti dan menggulumi yang kiri, tangan
kananku meremas lembut yang kiri, begitu
sebaliknya. Aku seperti bayi yang menikmati ASI
dari samping. Kulihat gerakan kakinya yang
merangsangku. Lalu sambil mulutku mengulum
buah dadanya, kujulurkan tanganku menggapai
liang senggamanya. Cik Ling makin menikmati
permainanku ini. Kuelus liang senggama dan
sekitarnya, membuat gerakan kakinya membuka
lebar, semakin lebar menantiku
menyetubuhinya. Kurasakan liang senggamanya
yang makin membasah dan akhirnya ketika
kedua kakinya masih mengangkang, aku
bergerak dan berada diantara kedua kakinya.
Kupandangi liang senggamanya dan kunaikkan
kaki kirinya, aku menciumi pahanya lembut
menukik ke bawah dan akhirnya aku
mencumbui liang senggamanya. Kepalaku
diremas-remas dan ditekannya, kudengar geliat
dan desahnya makin menjadi-jadi. Kedua
kakinya terbuka lebar di depanku. Aku sangat
menikmati liang senggamanya. Ini kali pertama
aku mencumbui liang senggama wanita. Aku
mulai merasakan cairan dan membuatku makin
terangsang dan Cik Ling memintaku agar aku
segera menyelesaikannya.
Ditaruhnya kedua kakinya di pundakku dan
batang kejantananku yang sudah kembali
menegang kutuntun memasuki liang
senggamanya. Kumasukkan sedikit demi sedikit
dan kuputarkan di seputar liang senggama Cik
Ling yang membuatnya melenguh kenikmatan
sejadi-jadinya. Aku memasukkan lagi dan lebih
dalam lagi dan akhirnya tertanam penuh di liang
senggama Cik Ling. Kupegangi kedua tangannya,
aku diam sejenak merasakan sensasi kenikmatan
di sekeliling batang kejantananku, lalu
kugoyangkan lembut sementara mulutku
menikmati kedua puting susunya bergantian.
Aku terus menggoyang lembut di seputar
dinding kemaluannya. Aku merasakan Cik Ling
mau orgasme. Kupercepat goyanganku dan
kudengar suara teriakan tertahan, tubuh Cik Ling
mengejang dan menjepit batang kejantananku
kuat-kuat. Seketika itu aku merasakan spermaku
mau keluar lagi. Akhirnya aku menikmati saat
akhir yang sangat menggairahkan. Cik Ling
mencapai orgasme, juga aku. Aku merasakan
sangat kenikmatan. Aku tidak perjaka lagi.
“Thanks ya Cik,” kataku. Kukatakan itu ketika aku
mengecup telinganya, bibirnya, dahinya dan
menelusuri lehernya juga dadanya yang
meninggalkan warna kemerahan. Tangannya
masih agak menggelepar di kanan kiri seperti
pelepasan.
“Cik, ini kali pertama aku menyetubuhi wanita,”
kataku melanjutkan. Cik Ling tersentak dan aku
meyakinkannya.
“Cik Ling lah yang merenggut keperjakaanku
malam ini,” kataku sambil mengecup dahi dan
pipinya.
Aku dipeluknya erat lagi dan aku membalasnya.
Malam itu aku tidur di hotel sampai pagi dengan
kehangatan tubuh Cik Ling di pelukanku. Rasanya
tubuh Cik Ling menjadi selimut hangat buatku.
Pagi-pagi aku pulang ke rumah dan masuk kerja
seperti biasanya walau aku merasa ngantuk. Tapi
aku minum obat penguat agar tidak ngantuk dan
terbukti cukup kuat menahan rasa kantukku.
Apalagi juga dengan kedatangan Cik Ling.
Senyumnya sungguh beda. Aku suka. Dan lagi-
lagi aku sangat tertarik dengan kedua buah
dadanya yang pagi itu nampak lebih
mempesona buatku. Cik Ling sepertinya bangga.
Aku diteleponnya dari ruangannya dan berkata
terima kasih dan senang karena dapat
membuatku tidak perjaka lagi.
“Gila!” Pikirku. Pengalaman dengan Cik Ling
membuatku makin terobsesi menikmati tubuh
gadis dan istri orang di kantorku. Aku ingin
menikmati tubuh Cik Sasa. Aku ingin
menyetubuhi Ima, Nia dan Cik Nina adik ipar Cik
Ling.
Gila! Ketika aku menulis tulisan ini, aku sudah
makin jauh dengan Nia. Dia istri Mas Budi. Aku
ingin menikmatinya. Dan sudah kurencanakan di
hotel dekat dengan rumahnya. Aku sudah
belikan dia daster hitam untuk dipakai nanti dan
dia menerimanya dengan suka hati. Ada hotel
berbintang disana.
Sementara dengan Cik Ling, aku masih terus
berhubungan. Yang paling gila adalah aku
menyetubuhinya di rumahnya sendiri, di sofa di
ruang multimedia. Dia memanggilku ke sana
saat suaminya ke luar negeri dua minggu lalu.
Karena memang aku pandai komputer dan
multimedia. Jadi Cik Ling memakai alasan itu.
Aku menyetubuhinya berkali-kali dan Cik Ling
mengajariku berbagai posisi. Aku suka posisi
dogy style, padahal sudah kurencanakan mau
kuterapkan nanti untuk Cik Sasa.. entah kapan,
tapi menjanjikan.


Adult | GO HOME | Exit
1/1880
U-ON

inc Powered by Xtgem.com